Sumsel Borong Dua Penghargaan TPID Sekaligus Siapkan Strategi Antisipasi Inflasi Jelang Nataru

Journalinti – Bank Indonesia (BI) dan Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan bersama seluruh pemerintah kab/kota se-Sumsel menggelar rapat koordinasi, Capacity Building dan High Level Meeting (HLM) untuk memperkuat sinergi dan koordinasi pengendalian inflasi dan mempercepat transformasi digital daerah  yang dibuka langsung oleh Gubernur Prov. Sumatera Selatan, H. Herman Deru, di Hotel Aryaduta, Palembang, (02/12/2025).

Rapat Koordinasi yang memiliki dua agenda utama: evaluasi menyeluruh kinerja Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) sekaligus merayakan pencapaian gemilang TPID dari Bank Indonesia.

Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Sumsel, Bambang Pramono menyampaikan rasa syukur dan bangganya atas capaian tersebut.

​”Alhamdulillah, Sumsel mendapat Award Juara dua kategori sekaligus yang cukup bergengsi, TPID Pemerintah sekaligus Digitalisasi Daerah. Ini luar biasa!” ujar Bambang Pramono pada  awak media disela acara.

Pencapaian positif di Sumatera Selatan menjadi dorongan kuat dalam mengantisipasi tantangan inflasi yang diprediksi akan meningkat, terutama menjelang momen Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) Natal dan Tahun Baru (Nataru).

Bambang menegaskan, sebagai bagian dari persiapan menyambut Nataru, BI Sumsel bekerja sama dengan Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) memperkuat sinergi dan kesiapan seluruh kabupaten dan kota di provinsi ini.

“Kesiapan menjelang Nataru ini sangat penting. Oleh karena itu, kegiatan seperti Rakor Capacity Building dan High-Level Meeting (HLM) TPID TP2DD tingkat Provinsi hingga Kabupaten/Kota menjadi agenda utama yang melibatkan seluruh daerah di Sumsel,” ujar Bambang.

Ia juga menjelaskan bahwa strategi pengendalian inflasi selama Nataru selalu didasarkan pada analisis data pola inflasi dalam tiga tahun terakhir, supaya intervensi yang dilakukan benar-benar menyasar komoditas penyebab inflasi.

“Biasa kebijakan kami saat Nataru lebih fokus pada langkah jangka pendek, termasuk operasi pasar dan penyediaan pangan murah yang kami tingkatkan intensitasnya,” tambah Bambang.

Dampak situasi global dan cuaca ekstrem menjadi saat ini menjadi catatan penting. Meskipun inflasi masih dipengaruhi harga emas global yang sulit dikontrol, fokus utama adalah komoditas yang rentan terhadap cuaca dan bencana, seperti cabai dan bawang.

“Kita lihat komoditas apa yang terpengaruh dengan cuaca. Dari mana biasanya kita memasok komoditas ini. Selama ini, kita bekerja sama dengan menggunakan komoditas yang tersedia secara lokal. Tentu saja, persediaan ini harus kita jaga. Jika diperlukan, kita bisa mengambil dari tempat lain,” terangnya.

Evaluasi kebijakan secara rutin dilakukan untuk memastikan bantuan tepat sasaran, tepat komoditas, dan tepat lokasi yang membutuhkan agar penanganan inflasi berjalan efektif. (vv)